IDRealita- Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama menginisiasi pertemuan lintas kementerian dan lembaga negara bersama tokoh agama Buddha untuk mengkaji rencana pemasangan chattra Borobudur.

Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi menyampaikan bahwa pemasangan chattra di Candi Borobudur merupakan amanat Rakornas Evaluasi Percepatan Pembangunan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) semester 1 dan semester 2 pada 2023.

Menurutnya, perlu disusun langkah terencana sehingga semua yang terlibat dapat bersinergi dalam mewujudkan arahan terkait pemasangan chattra di Candi Borobudur.

“Kami dari Kementerian Agama selaku pemohon atau pemrakarsa tentu mengharapkan supporting dan dukungan dari semua pihak yang berkepentingan di dalam pemanfaatan dan pelestarian serta pengembangan Candi Borobudur, yang di dalamnya tentu perlu memahami aspirasi berbagai pihak, terutama umat Buddha,” ungkap Supriyadi dalam keterangan diterima IDRealita, Senin (27/2/2024).

Supriyadi berharap Candi Borobudur tidak hanya dilihat sebagai monumen atau objek fisik semata. Lebih dari itu, Candi Borobudur punya makna atas nilai-nilai yang terkandung di dalam setiap pahatan yang ada.

“Itulah nilai yang perlu dikembangkan dan disosialisasikan ke masyarakat sehingga semakin bermakna agar setiap orang yang ke Candi Borobudur tidak hanya sebatas mendapatkan pengalaman fisik semata, tapi juga mendapatkan pengalaman spiritualitas,” tuturnya.

Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan Kemenko PMK Andre Notohamijoyo menyebutkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan menyelenggarakan pertemuan koordinasi dengan K/L, termasuk Kementerian Luar Negeri, Kemendikbudristek, dan BRIN, terkait pemasangan Chattra. Diskusi intensif juga akan digelar dengan pemangku kepentingan lainnya, termasuk komunitas masyarakat Buddha.

“Terkait dengan rencana pemasangan chattra ini, tentunya kami akan mengkoordinasikan lintas K/L dan menerima seluruh masukan yang akan ditinjau secara keseluruhan, baik itu terkait dengan HIA (Heritage Impact Assesment) maupun yang menjadi pertimbangan status penilaian UNESCO terhadap Borobudur, sehingga bisa memperkuat dasar pemasangan chattra ini,” jelasnya.

Perwakilan TWC-Injourney Hetty Herawati menyampaikan pemasangan chattra sejalan dengan konsep 4 pilar pengelolaan Candi Borobudur, yakni: konservasi, spiritual, edukasi, dan pariwisata. Keempat pilar tersebut akan selalu menjadi dasar pertimbangan, termasuk dalam pemasangan chattra.

Konservasi, lanjut Hetty Herawati, terkait aspek pelestarian sebagai cagar budaya. Spiritual terkait aspek pemanfaatannya untuk komunitas buddhist beribadah, sekaligus esensi historis dibangunnya Borobudur oleh dinasti syailendra.

Pilar edukasi terkait dengan narasi mengenai chattra yang harus disampaikan pada pengunjung, serta yang terakhir pilar pariwisata terkait penguatan positioning Borobudur sebagai icon Buddhist Dunia (Buddhist Epicentrum) yang akan menarik wisatawan mancanegara.

Hetty Herawati menyebutkan TWC dan Injourney mendorong percepatan pemasangan chattra sesuai dengan instruksi Bapak Presiden dan Mentri BUMN.

“Namun, kami juga paham bahwa pemasangan chattra harus melalui proses yang benar dan melibatkan seluruh stakeholder terkait, termasuk kajian HIA. Kami mengharapkan ada solusi terhadap polemik keaslian chattra, jangan sampai jadi hambatan bagi terpasangnya chattra,” ujarnya.

Dalam kesempatan FGD Koordinator Tim BRIN, Husen Hasan Basri mengatakan bahwa pihaknya siap untuk melakukan kajian dampak pemasangan chattra di Candi Borobudur, sebagaimana diminta Kemenag. Namun, hal itu masih menunggu respon dari pihak otoritas, yaitu Kemendikbudristek. (red)