IDRealita- Masjid Raya Sheikh Zayed Solo merupakan sebuah monumen keagamaan megah di Kota Surakarta, Jawa Tengah, yang terkenal sebagai simbol persahabatan dan toleransi lintas budaya. Terletak di Jl. Ahmad Yani No.128 Gilingan, masjid ini juga menjadi tempat penting bagi komunitas Muslim di sekitarnya.
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo didirikan melalui kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan tujuan mempromosikan persatuan dan keberagaman budaya serta agama. Wakil Direktur Operasional Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Bagus Sigit Setiawan, menekankan pentingnya toleransi antarbudaya dan agama dalam pembangunan masjid tersebut.
“Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tidak hanya berperan dalam mempererat hubungan antarnegara, tetapi juga menjadi tempat pertemuan bagi orang-orang dari berbagai latar belakang. Ini menciptakan dialog dan pemahaman lintas budaya dan agama,” Ujar Bagus saat Talkshow Bedah Buku 9 Jam Faham Bahasa Arab Al-Qur’an di Pelataran Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Sabtu (30/3/2024).
Bagus menambahkan, di perpustakaan masjid diselenggarakan kajian mengenai hubungan antara agama dan budaya dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk lintas agama. Hal ini menjadi bukti bahwa harmoni agama, seni arsitektur, dan persahabatan internasional dapat menyatukan keindahan spiritual dan kekayaan budaya dalam satu tempat.
“Bangunan berukuran 8.000 meter persegi ini merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA, namun juga mengaplikasikan arsitektur lokal dalam proses pembangunannya, termasuk lantai utama yang dihiasi dengan ukiran batik,” terangnya.
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo merupakan daya tarik bagi wisatawan dari seluruh dunia karena keajaiban arsitektur dan kekayaan budaya Indonesia yang terlihat di dalamnya.
Dengan dua lantai, empat menara, dan 82 kubah dihiasi batu pualam putih, masjid ini menjadi salah satu daya tarik utama di Surakarta.
Dengan kapasitas hingga 15 ribu jamaah, keindahan dan keragaman budaya dalam masjid ini menjadikannya sebuah monumen berharga dan kebanggaan bagi warga Surakarta.
Masjid ini tidak hanya menyediakan ruang luas untuk beribadah, tetapi juga fasilitas ramah bagi difabel, anak-anak, dan ibu hamil. Mereka menggunakan lift untuk memudahkan aksesibilitas bagi mereka yang ingin mengambil air wudu, yang juga diawasi oleh petugas keamanan.
“Langkah-langkah ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para jamaah”, ungkapnya.
“Masjid Raya Sheikh Zayed Solo berhasil bernegosiasi dengan Pemerintah UEA untuk mengadakan kotak infak QRIS agar jemaah dapat berinfak secara konvensional dan digital. Sebelumnya, Pemerintah UEA menolak konsep tersebut namun setelah dipastikan bahwa kotak infak tersebut adalah layanan bagi jemaah yang ingin bersedekah, mereka setuju”, tuturnya.
Dana infak tersebut, lanjutnya, dikelola melalui Unit Pengelola Zakat dari BAZNAS provinsi dan disalurkan kembali kepada masyarakat melalui program-program pemberdayaan seperti TPA, pengajian kitab, dan pembagian takjil gratis.
“Dengan inovasi-inovasi yang dilakukan, harapannya bahwa masjid Raya Sheikh Zayed Solo dapat menjadi teladan bagi masjid lainnya, tidak hanya dalam hal keberagaman tetapi juga dalam pemanfaatan teknologi untuk memperluas pelayanan kepada umat”, tandasnya.
Pada tahun 2023, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solo mencatat bahwa lebih dari tiga juta orang mengunjungi Masjid Raya Sheikh Zayed Solo setelah dibuka secara resmi pada bulan Maret. Kunjungan ke masjid tersebut menjadi kontributor utama dalam sektor pariwisata di kota Solo. (red)
Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Sebagai Simbol Persahabatan dan Toleransi Lintas Budaya
Tim Redaksi
Baca Juga : PKN Demo di 4 Lembaga Negara di Jakarta